Blogger Widgets

Senin, 29 September 2014

Tugas perkembangan dewasa awal

TUGAS PERKEMBANGAN DEWASA AWAL
 1. Tugas tugas perkembangan dewasa awal Tugas tugas perkembangan dewasa awal menurut R.J. Havighurst (1953), adalah sebagai berikut:
a. Memilih teman bergaul (sebagai calon suami atau istri). Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya. Dia mencari pasangan untuk bisa menyalurkan kebutuhan biologis. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
 b. Belajar hidup bersama dengan suami istri. Dari pernikahannya, dia akan saling menerima dan memahami pasangan masing-masing, saling menerima kekurangan dan saling bantu membantu membangun rumah tangga. Terkadang terdapat batu saandungan yang tidak bisa dilewati, sehingga berakibat pada perceraian. Ini lebih banyak diakibatkan oleh ketidak siapan atau ketidak dewasaan dalam menanggapi masalah yang dihadapi bersama.
c. Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga. Masa dewasa yang memiliki rentang waktu sekitar 20 tahun (20 – 40) dianggap sebagai rentang yang cukup panjang. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umumnya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau universitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah me¬nyelesaikan pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mempersiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Belajar mengasuh anak-anak.
d. Mengelola rumah tangga. Setelah terjadi pernikahan, dia akan berusaha mengelola rumah tangganya. Dia akan berusaha membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudaranya yang lain.
e. Mulai bekerja dalam suatu jabatan. Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka ber¬upaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak (baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat membangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. f. Mulai bertangungjawab sebagai warga Negara secara layak. Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti: 1) Mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), 2) Membayar pajak (pajak listrik, air, kendaraan bermotor, penghasilan, dll), 3) Menjaga ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak tercela di mata masyarakat, dan 4) Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memperbaiki jalan, dan sebagainya). Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendiri/selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian ini, yaitu mencari pasangan hidup dan membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik. g. Memperoleh kelompok sosial yang seirama dengan nilai-nilai pahamnya. Masa dewasa awal ditandai juga dengan membntuk kelompok-kelompok yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Salah satu contohnya adalah membentuk ikatan sesuai dengan profesi dan keahlian. http://yosephineyohana.blogspot.com/2013/09/tugas-perkembangan-dewasa-awal-pi-gw.html

Kamis, 25 September 2014

Tugas 2 Kesehatan Mental Karakteristik Kesehatan Mental Oleh: Metri Yulita 1300349/2013 Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang 2014 KARAKTERISTIK KESEHATAN MENTAL 1. Karakteristik Personal Kartini Kartono (2000:82-83), mengemukakan empat ciri-ciri khas pribadi yang bermental sehat meliputi: a. Ada koordinasi dari segenap usaha dan potensinya, sehingga orang mudah melakukan adaptasi terhadap tuntutan lingkungan, standar, dan norma sosial serta perubahan social yang serba cepat. b. Memiliki integrasi dan regulasi terhadap struktur kepribadian sendiri sehingga mampu memberikan partisipasi aktif kepada masyarakat. c. Dia senantiasa giat melaksanakan proses realisasi diri (yaitu mengembangkan secara riil segenap bakat dan potensi), memiliki tujuan hidup, dan selalu mengarah pada transendensi diri, berusaha melebihi keadaan yang sekarang. d. Bergairah, sehat lahir dan batinnya, tenang harmonis kepribadiannya, efisien dalam setiap tindakannya, serta mampu menghayati kenikmatan dan kepuasan dalam pemenuhan kebutuhannya. Selain itu, karakteristik personal dari kesehatan mental adalah memiliki fisik yang sehat. Diakatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun. 2. Karakteristik Intelektual Karakteristik intelektual ini berkaitan erat dengan kemampuan individu untuk memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam kegiatan¬kegiatan yang p[ositif dan konstruktif bagi pengembangan kualitas din manusia. Pemanfaatan itu seperti dalam kegiatan — kegiatan belajar, bekerja, berorganisasi, pengembangan hobi dan berolahraga. Menurut Syamsu Yusuf (1987); Kartini Kartono dan Jenny Andari (1989); WHO dari segi Intelektual karakteristik kesehatan mental itu adalah: a. Mampu berpikir realistik dan objektif b. Bersifat kreatif dan inovatif c. Bersifat terbuka dan fleksible, tidak difensif. d. Memiliki kemampuan belajar dari pengalaman hidup. 3. Karakteristik Sosial Sehat secara sosial dapat dikatakan mereka yang bisa berinteraksi dan berhubungan baik dengan sekitarnya.mampu untuk bekerja sama. Menurut Syamsu Yusuf (1987) dari segi social, karakteristik kesehatan mental itu adalah: a. Memiliki Perasaan Empati dan rasa kasih sayang (affection) terhadap orang lain, serta senang untuk memberikan pertolongan kepada orang¬orang yang memerlukan pertolongan. b. Mampu berhubungan denga orang lain secara sehat, penuh cinta dan persahabatan. c. Bersifat toleran dan mau menerima tanpa memandang kelas social, tingkat pendidika, politik, agama, suku, ras, atau warna kulit. 4. Karakteristik Moral Keagamaan Menurut Syamsu Yusuf (1987) dari segi keagamaan, karakteristik kesehatan mental itu diantaranya: a. Beriman kepada Allah dan taat mengamalkan ajaran-Nya b. Jujur, amanah (bertanggung jawab) dan ikhlas dalam beramal c. Berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya secara positif karena ia sadar hal tersebut merupakan anugrah dari Tuhan d. Menanamkan moralitas dan rasa adil dalam diri serta memberikan manfaat bagi sekelilingnya 5. Karakteristik Emosional Menurut Goleman emosional merupakan hasil campur dari rasa takut, gelisah, marah, sedih dan senang. Emosi menurut kebanyakan orang adalah keadaan seseorang yang sedang marah, padahal sebenarnya emosi itu tidak hanya pada saat seseorang marah saat bahagia pun itu juga disebut emosi. Kemarahan bisa juga disebut emosi negatif sedangkan senang bisa disebut emosi positif. Kesadaran emosi (emotional literacy) yang bertujuan membangun rasa percaya diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami dan kejujuran terjadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, sekaligus kemampuan untuk mengelola emosi yang dikenalnya, membuat seseorang dapat menyalurkan energi emosinya ke reaksi yang tepat dan konstruktif. Kebugaran emosi (emotional fitness) yang bertujuan mempertegas antusiasme dan ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan perubahan. Hal ini mencakup kemampuan untuk mempercayai orang lain serta mengelola konflik dan mengatasi kekecewaan dengan cara yang paling konstruktif. Kepustakaan Http://Drs-Fajri.Blogspot.Com/2012/05/Pembahasan-L.Html Http://Hayatisaputriana.Blogspot.Com/2012/03/Kesehatan-Mental.Html Http://Safira-Fitriani.Blogspot.Corn/2013/04/Tugas-1-Konsep-Kesehatan-Mental-dan.Html Http://Titisbarliani.Blogspot.Com/2013/03/Kesehatan-Mental-Berdasarkan-Dimensi.Html Http://Www.Psychologymania.Net/2011/03/Defenisi-Dan-Karakteristik-Kesehatan.Html Kartini Kartono. 2000. Hygiene Mental. Bandung: Cv. Mandar Maju. Syamsu Yusuf Ln.1987. Mental Hygiene. Bandung: Maestro. Http://Ekawianti89.Blogspot.Com/2013/12/Karakteristik-Kesehatan-Mental.Html

Selasa, 04 Maret 2014

karakteristik perkembangan anak usia dini

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK TAMAN KANAK-KANAK Perkembangan anak usia TK yang terentang antara usia empat sampai dengan enam tahun merupakan bagian dari perkembangan manusia secara keseluruhan. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik dan motorik, kognitif, sosial emosional, serta bahasa. Ketika anak mencapai tahapan usia TK (3 sampai 6 tahun), terdapat ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi. Perbedaannya terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan, serta keterampilan yang mereka miliki. Dilihat dari tahapan menurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan praoperasional, yaitu tahapan di mana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemampuan tersebut anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan anak. Pada tahap ini emosi anak usia prasekolah lebih rinci atau terdiferensiasi, anak cenderung mengekspresikan emosi dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering mereka perlihatkan dan sering berebut perhatian guru. Perkembangan sosial adalah perkembangan perilaku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dimana anak itu berada. Perkembangan sosial anak merupakan hasil belajar, bukan hanya sekedar hasil dari kematangan. Perkembangan sosial diperoleh anak melalui kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respons terhadap dirinya. Bagi anak prasekolah, kegiatan bermain menjadikan fungsi sosial anak semakin berkembang. Anak prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat menggunakan bahasa dengan berbagai cara seperti bertanya, berdialog, dan menyanyi. Sejak usia dua tahun anak sangat berminat untuk menyebut nama benda. Minat tersebut terus berlangsung sehingga dapat menambah perbendaharaan kata. A. Ciri Perkembangan Anak Usia 3 Tahun 1. Perkembangan Fisik - Belajar naik sepeda roda tiga atau menangkap bola. - Bisa berdiri di atas satu kaki. - Belajar membangun menara dari mainan. - Bisa berjalan di atas ujung jari kaki. Mereka melompat horizontal. - Belajar menangani benda-benda dan tantangan kecil seperti teka-teki, dan pegboards. - Belajar cara memulaskan cata. - Kegiatan menggambar atau melukis dalam gerakan melingkar dan horizontal. - Tumbuh sekitar 3 inci lebih tinggi dalam setahun. 2. Perkembangan Sosial dan Emosional - Anak perlu tahu aturan yang jelas dan konsisten dan apa konsekuensi dari pelanggaran mereka. - Anak menikmati bermain dramatis dengan anak-anak lain. - Emosi mereka biasanya ekstrim dan berumur pendek. - Perlu didorong untuk mengekspresikan perasaan mereka dengan kata-kata. - Belajar untuk berbagi. 4. Perkembangan Intelektual - Anak prasekolah belajar terbaik dengan melakukan. - Membutuhkan berbagai kegiatan/ruang indoor dan outdoor. - Membutuhkan keseimbangan antara bermain aktif dan masa tenang. - Dapat berkomunikasi kebutuhan mereka, ide-ide, dan pertanyaan. - Rentang perhatian mereka adalah sedikit lebih lama sehingga mereka dapat berpartisipasi dalam kegiatan kelompok. B. Ciri Perkembangan Anak Usia 4 Tahun 1. Perkembangan Fisik - Dapat berjalan di ujung jari kaki. - Mampu bermain ayunan dengan mengayun sendiri. - Dapat melompat dengan satu kaki. - Bisa mulai melompat. - Dapat melemparkan bola dengan baik. - Memiliki kontrol otot yang lebih kecil. - Dapat membuat gambar representasional (misalnya, gambar bunga, orang, dll) - Suka memainkan resleting dan membuka kancing baju. - Mampu berpakaian sendiri. - Mampu mengikat tali sepatu sendiri. - Dapat menggunting dan memotong. - Biasanya sangat aktif dan agresif dalam permainan mereka. 2. Perkembangan Sosial dan Emosional - Kadang-kadang memiliki teman khayalan. - Cenderung untuk membual dan menjadi bossy (suka memerintah). - Memiliki imajinasi yang sangat aktif. - Merasa penting dan berharga. - Dapat menjadi agresif tetapi ingin teman-teman dan menikmati kebersamaan dengan anak-anak lain. - Menikmati berpura-pura menjadi orang dewasa yang penting seperti ibu, perawat, ayah, dokter, tukang pos, polisi. - Menghargai pujian atas prestasi mereka. - Mereka membutuhkan kesempatan untuk merasakan lebih banyak kebebasan dan kemerdekaan. - Belajar bergiliran dan berbagi. Permainan dan kegiatan lainnya dapat membantu anak-anak prasekolah belajar bagaimana bergiliran dalam bermain. 3. Perkembangan Intelektual - Suka mengajukan banyak pertanyaan, termasuk "bagaimana" dan "mengapa" pertanyaan. Untuk itu dalam fase ini mereka dikenal sangat cerewet. - Bahasa mereka termasuk kata-kata konyol dan kadang kurang senonoh. - Suka diskusi yang serius. - Belajar memahami beberapa konsep dasar seperti jumlah, ukuran, berat, warna, tekstur, waktu jarak, dan posisi. - Dalam fase ini, klasifikasi mereka akan keterampilan dan kemampuan penalaran sedang berkembang. prinsip-prinsip perkembangan sebagai berikut : 1. Perkembangan berlangsung seumur hidup dan meliputi semua aspek. Perkembangan bukan hanya berkenaan dengan aspek-aspek tertentu tetapi menyangkut semua aspek. perkembangan. Aspek tertentu mungkin lebih terlihat dengan jelas, sedangkan aspek yang lainnya tersembunyi. Perkembangan berlangsung terus sampai akhir hayatnya, hanya pada saat tertentu perkembangannya lambat bahkan sangat lambat, sedangkan pada saat lain mungkin sangat cepat. 2. Setiap individu memiliki irama dan kualitas perkembangan yang berbeda. Seorang individu mungkin mempunyai kemampuan berpikir dan membina hubungan sosial yang sangat tinggi dan irama perkembangannya dalam segi itu sangat cepat, sedang dalam aspek lain seperti keterampilan atau estetika cenderung kurang dan perkembangannya lambat. Sebaliknya, ada individu lain yang ketrampilan dan estetikanya berkembang pesat sedangkan kemampuan berpikir dan hubungan sosialnya agak lambat. 3. Perkembangan secara relatif beraturan, mengikuti pola-pola tertentu. Perkembangan sesuatu segi didahului atau mendahului segi yang lainnya. Anak bisa merangkak sebelum anak bisa berjalan, anak bisa meraban (mengeluarkan kata-kata yang tidak jelas dan tidak bermakna, seperti : mmm-mmm-mmm) sebelum anak bisa berbicara, dan sebagainya. 4. Perkembangan berlangsung secara berangsur-angsur dan sedikit demi sedikit. Secara normal perkembangan itu berlangsung sedikit demi sedikit tetapi dalam situasisituasi tertentu dapat juga terjadi loncatan-loncatan. Sebaliknya dapat juga terjadi kemacetan perkembangan aspek tertentu. 5. Perkembangan berlangsung dari kemampuan yang bersifat umum menuju pada yang lebih khusus, mengikuti proses diferensiasi dan integrasi. Perkembangan dimulai dengan dikuasainya kemampuan-kemampuan yang bersifat umum, seperti kemampuan memegang dimulai dengan memegang benda besar dengan kedua tangannya, baru kemudian memegang dengan satu tangan tetapi dengan ke lima jarinya. Perkembangan berikutnya ditunjukkan dengan anak dapat memegang dengan beberapa jari, dan akhirnya menggunakan ujung-ujung jarinya. Dalam perkembangan terjadi proses diferensiasi atau penguraian kepada hal yang lebih kecil dan terjadi pula proses integrasi. Dalam integrasi ini beberapa kemampuan khusus/kecil bergabung membentuk satu kecakapan atau keterampilan. 6. Secara normal perkembangan individu mengikuti seluruh fase, tetapi karena faktor-faktor khusus, fase tertentu dapat dilewati secara cepat, sehingga nampak seperti tidak melewati fase tersebut, sedangkan fase lainnya diikuti dengan sangat lambat, sehingga nampak seperti tidak berkembang. 7. Sampai batas-batas tertentu, perkembangan sesuatu aspek dapat dipercepat atau diperlambat. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan juga faktor lingkungan. Kondisi yang wajar dari pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang wajar pula. Kekurangwajaran baik yang berlebih atau berkekurangan dari faktor pembawaan dan lingkungan dapat menyebabkan laju perkembangan yang lebih cepat atau lebih lambat. 8. Perkembangan aspek-aspek tertentu berjalan sejajar atau berkorelasi dengan aspek lainnya. Perkembangan kemampuan sosial berkembang sejajar dengan kemampuan berbahasa, kemampuan motorik sejajar dengan kemampuan pengamatan dan lain sebagainya. 9. Pada saat-saat tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu perkembangan pria berbeda dengan wanita. Pada usia 12-13 tahun, anak wanita lebih cepat matang secara sosial dibandingkan dengan laki-laki. Fisik laki-laki umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Laki-laki lebih kuat dalam kemampuan inteleknya sedangkan wanita lebih kuat dalam kemampuan berbahasa dan estetikanya. Perkembangan Kognitif Pembelajaran untuk PAUD merupakan proses interaksi antara anak, orang tua atau orang dewasa lainnya dalam suatu lingkungan untuk mencapai tugas perkembangan interaksi yang dibangun tersebut merupakan pembelajaran yang akan dicapai. Pada hakikatnya anak belajar sambil bermain. Oleh karena itu pembelajaran anak usia dini pada dasarnya adalah bermain. Dilihat dari tahap perkembangan kognitif Plaget (dalam Miller 1993) anak usia dini prasekolah/kelompok bermain berada pada tahapan pra operasional, yaitu tahapan dimana anak belum menguasai operasi mental secara logis. Periode ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol-simbol melalui kemampuan diatas anak mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal. Syamsul Yusuf (dalam Masitoh dkk, 2005) mengemukakan perkembangan kognitif pada masa pra sekolah/ kelompok bermain mampu berfikir dengan menggunakan symbol, berfikiran masih dibatasi persepsi. Sejak lahir sampai usia 3 tahun anak memiliki kepekaan sensoris dan daya pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui sensorinya; usia satu setengah tahun sampai kirakira 3 tahun mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat untuk mengembangkan bahasanya (berbicara, bercakap-cakap) Perkembangan kognitif misalnya: mengenal nama-nama warna,mengenal nama bagian-bagian tubuh, mengenal nama anggota keluarga,mampu membandingkan dua objek atau lebih, menghitung, menata, mengurutkan; mengetahui nama-nama hari dan bulan; mengetahui perbedaan waktu pagi, siang, atau malam; mengetahui perbedaan kecepatan (lambat dan cepat); mengetahui perbedaan tinggi dan rendah, besar dan kecil, panjang dan pendek; mengenal nama-nama huruf alfabet atau membaca kata; memahami kuantitas benda. Mampu mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata,mampu melafalkan kata-kata dengan jelas (bisa dimengerti oleh orang lain). Perkembangan Socioemosional Dari segi social emosional, memberikan pendidikan anak di usia dini, membantu mereka dalam mengenal dan memahami berbagai emosi yang tidak hanya mereka alami tetapi juga orang lain alami. Anak-anak pada usia prasekolah seringkali dapat melihat perasaan orang lain dan juga memahami bahwa emosi berkaitan dengan pengalaman dan keinginan. Seperti di beberapa kasus, terlihat anak-anak yang masih duduk di bangku prasekolah merasa kasihan dengan temannya yang tidak membawa makanan lalu memberikan beberapa bagian dari bekal makanannya sendiri atau kasus lain di lingkungan keluarga dan permainan, mencoba menghibur temannya yang sedang menangis ketika mainan kesayangannya rusak. Dengan belajar memahami dan mengatur emosi diri sendiri, dapat membantu anak dalam hubungan social mereka, mengatur perilaku, dan membicarakan perasaan-perasaan mereka. Pemahaman emosi ini dapat membantu hubungan social anak dan akan berpengaruh dalam membentuk kepribadian anak tersebut. Permainan atau kegiatan yang diberikan di sekolah akan mengembangkan indra mereka, belajar meggunakan otot, mengoordinasikan penglihatan dan gerakan, memperoleh penguasaan tubuh, dan memperoleh berbagai keterampilan baru. Salah satu bentuk permainan social selama masa prasekolah adalah permainan imajnatif yang sering kali beralih dari berpura-pura memerankan sendiri sebuah peran menjadi permainan drama yang melibatkan anak lain. Anak yang sering melakukan permainan imajinatif cenderung lebih mudah bekerja sama dengan anak lain serta lebih populer dan gembira dibandingkan mereka yang tidak. Sebuah penelitian mengatakan bahwa Anak yang menghabiskan waktu lebih banyak dengan menonton TV cenderung kurang imajinatif dalam permainan pura-pura karena mungkin mereka terbiasa secara pasif menyerap imajinasi dan bukan menghasilkannya sendiri. Bermain dengan teman sebaya juga memungkinkan anak-anak berinteraksi dengan individu lain yang tingkat perkembangannya serupa dengan ciri mereka sendiri. Pada saat anak-anak sebaya mengalami perselisihan di antara mereka sendiri, mereka dituntut untuk memecahkan masalah mereka secara bersama-sama. Dengan cara ini, sifat egosentris yang dimiliki oleh anak-anak prasekolah dapat diatasi. Sedangkan jika seorang anak memiliki masalah dengan orang dewasa, terkadang orang dewasa akan memecahkan masalah tersebut dengan cara otoriter. Perkembangan Fisik/motorik PAUD juga dilaksanakan untuk membantu perkembangan fisik anak, metode yang digunakan dalam Kelompok Bermain PAUD yaitu belajar sambil bermain sehingga fungsi motorik anak dapat dioptimalkan. Perkembangan fisik/motorik anak terbagi menjadi dua yaitu perkembangan motorik kasar dan motorik halus, Metode-metode yang digunakan untuk pengembangan motorik kasar yaitu (1) Berjalan dengan stabil (2) Naik turun tanggga tanpa berpegangan (3) Memanjat & Berjalan di papan titian (4) Melompat dengan satu kaki bergantian (5) Berlari dengan stabil atau dapat berlari ditempat Adapun metode-metode lain yang digunakan untuk pengembangan motorik halus yaitu (1) Membedakan permukaan benda melalui perabaan (2) Menuang (air, beras, biji-bijian) tanpa tumpah (3) Menggunting sembarangan (4) Melipat kertas (5) Membuat garis lurus, vertikal, melengkung. Kelompok Bermain PAUD telah berperan baik dalam membantu perkembangan fisik anak, motorik kasar dan motorik halus anak berkembang setelah mengikut PAUD, selain itu tingkat spontanitas dan keberanian anak juga meningkat, metode-metode pengembangan fisik juga sudah dilaksanakan sesuai dengan program pembelajaran yang telah ditetapkan. Perkembangan Bahasa AUD Masa Prasekolah merupakan saat perkembangan bahasa yang sangat pesat. Apabila pada tahap usia sebelumnya mereka baru belajar mengucapkan kata dan mulai menggabungkan 2-3 kata menjadi kalimat maka pada usia ini mereka mulai tampil kompeten dalam melakukan komunikasi. Pembicaraan mereka mulai mendekati orang dewasa. Anak usia 4-6 tahun yang telah memasuki TK akan berinteraksi dan bermain dengan teman sebayanya. Hubungan dengan teman sebaya menjadi factor yang penting bagi perkembangan bahasa agar apa yang mereka sampaikan dapat dimengerti oleh temannya. Sejalan dengan hal tersebut maka kosa kata yang dimiliki anak akan meningkat. Penguasaan kosa kata ini diperoleh anak melalui fast mapping yaitu proses seorang anak menyerap arti dari suatu kata baru setelah mendengarnya satu atau dua kali dalam sebuah percakapan. Kata benda akan lebih mudah di-fast map dibandingkan dengan kata sifat atau kata keadaan yang tidak konkret. Selain kosa kata, anak usia 4-6 tahun juga mengalami peningkatan dalam pembelajaran tata bahasa. Mereka telah mampu untuk merangkai huruf menjadi kata, dan kata menjadi kalimat yang bermakna. Rata-rata mereka dapat membuat kalimat yang terdiri dari 4-5 kata. Mereka juga mulai dapat mengeluarkan kalimat negatif, kalimat tanya, dan kalimat pasif dengan tepat. Anak juga telah dapat menggunakan kalimat kompleks dan multikausal ( hubungan sebab-akibat ), misalnya “saya makan karena lapar”. Anak-anak usia ini mulai menggunakan kalimat-kalimat panjang dalam berbicara. Mereka juga mulai dapat bercerita dan sering menggunakan kata sambung, “abis itu…”abis itu…”. Selain itu mereka juga mulai melakukan private speech, yaitu bicara keras pada diri sendiri tanpa ada maksud untuk berkomunikasi. Selama usia prasekolah, anak secara bertahap menjadi lebih terampil dalam membuat pesan dan pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas. Mereka mulai dapat mengontrol volume suara disesuaikan dengar pendengarnya. Mereka juga mulai memperhatikan apakah pendengarnya dapat memahami apa yang diucapkannya, dan tanpa diminta mereka akan mengulangi pembicaraannya bila dibutuhkan. Perkembangan bahasa lain yang terjadi adalah “bermain peran”. Anak usia 4-6 tahun dapat memainkan peran yang lebih dewasa dari usianya. Mereka juga akan berupaya untuk meniru suara orang dewasa itu, dan bertingkah laku sesuai peran yang ditirunya. Pada usia 5 tahun, bahasa ekspresif dan bahasa reseptif anak telah berkembang cukup baik. Percakapan yang terjadi juga dapat lebih mudah diikuti. Pada usia ini mereka mulai menyadari pentingnya bahasa untuk memenuhi kebutuhannya. Peran serta orang dewasa dan lingkungan sekitar anak akan sangat membantu penguasaan bahasa yang baik pada anak. Pada usia 4-6 tahun juga terdapat berbagai macam masalah yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak. Masalah-masalah ini terutama terkait dengan perkembangan bahasa dan bicara yang terlambat. Sekitar 3% dari anak prasekolah mengalami keterlambatan. Masalah yang biasanya tampak adalah kesulitan untuk mengungkapkan keinginan secara verbal, kesulitan untuk berkomunikasi dengan menggunakan kalimat lengkap, dan yang paling sering adalah cadel ( kesalahan artikulasi ). Perkembangan Nilai Moral dan Agama untuk Anak Usia Dini Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme mengatakan bahwa pendidikan harus mempunyai landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut sebagai acuan atau pedoman dalam proses penyelenggaraan pendidikan, baik dalam konteks institusi pendidikan sekolah maupun luar sekolah. Landasan yang jelas dan terarah yang dimaksud adalah pendidikan harus berprinsip pada pengembangan nilai-nilai moral dan agama, di samping aspek-aspek lain yang berkaitan dengan bidang-bidang pengembangan. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengantarkan anak didik menuju kedewasaan berpikir, bersikap, dan berperilaku secara terpuji (akhlak al-karimah). Upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru dan orang tua) sejak usia dini, yakni ketika masa kanak-kanak. Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Nilai-nilai luhur ini pun dikehendaki menjadi motivasi spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-sila lainnya dalam pancasila (Hidayat, 2007 : 7.9). Namun dalam realitasnya dewasa ini terdapat sesuatu yang memprihatinkan dalam dunia pendidikan nasional di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah masih banyak anak didik dan output pendidikan nasional di Indonesia yang belum mencerminkan kepribadian yang bermoral, seperti sering tawuran antar pelajar bahkan dengan guru, penyalagunaan obat-obat terlarang, pelecehan seksual, pergaulan bebas, dan lain. Jika ditelusuri lebih jauh lagi, sebenarnya keadaan yang demikian itu tidak lepas dari basic pendidikannya pada masa lampau, yang boleh jadi pada masa itu pengokohan mental-spritualnya masih belum tersentuh secara maksimal, selain faktor lingkungan yang mempengaruhi. Lalu bagaimana tanggung jawab dan solusi institusi pendidikan (sekolah, keluarga, dan masyarakat) atas persoalan tersebut ? Ide perlunya pengembangan moral dan nilai-nilai agama sejak kecil yang dimulai pada anak usia dini pada dasarnya diilhami oleh sebuah keprihatinan atas realitas anak didik bahkan output pendidikan di Indonesia dewasa ini yang belum sepenuhnya mencerminkan kepribadian yang bermoral (akhlak al-karimah), yakni santun dalam bersikap dan berperilaku sebagaimana contoh yang telah dikemukakan. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam sistem pendidikan kita, khususnya pada jenjang pendidikan yang paling dasar (pra sekolah). Oleh karenanya, sebagai upaya awal perbaikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia maka sangat diperlukan adanya pengembangan moral dan nilai-nilai agama sejak dini sebagai upaya pengokohan mental-spiritual anak.