A.
PENGANTAR KONSELING SELF
Carl
Rogers mengembangkan suatu pendekatan baru, yaitu non-directive therapy. Pendekatan ini didasari atas anggapan bahwa
klienlah yang berhak menentukan tujuan hidupnya, bukan konselor, serta tiap
individu bisa berdiri sendiri dan berusaha untuk memecahkan masalahnya sendiri.
Menurut Taufik (2009 : 123), teori Rogers terkenal karena lebih banyak
menekankan aspek psikologis dari aspek medis.
Teori
ini bukanlah suatu teknik, karena menurut Taufik (2009 : 123-124) faktor
penting yang akhirnya akan menentukan jalan keluar dari masalah klien adalah
klien itu sendiri. Oleh karena itu, terapi ini menjadi lebih terkenal di
kalangan psikologi klinis dan konselor psikologi. Selanjutnya metode Rogers
tersebar luas di kalangan para profesi bantuan seperti konselor dan pekerja
sosial.
B.
TEORI KEPRIBADIAN
Menurut
Prayitno (1998 : 60), struktur kepribadian meliputi komponen OLS, yaitu :
1. Organisme adalah unsur fisiologis
dengan semua fungsi fisik dan fungsi psikologisnya.
2. Lapangan
Fenomenal
merupakan segala sesuatu yang dialami seseorang, baik yang bersifat eksternal
maupun internal, yaitu hal-hal yang dipersepsinya dan yang dianggap penting.
3. Self adalah bagian dari
lapangan fenomenal yang terdeferensiasikan sedikit demi sedikit melalui
pengalaman yang disadari maupun tidak.
Dalam
teorinya, Rogers lebih menekankan konsep organism
dan self. Self pada diri seseorang merupakan konsep diri (self-concept) yang terdiri dari persepsi
mengenai kekhasan dari I atau me dan persepsi hubungan antara I atau me dengan orang lain dalam aspek kehidupan. Menurut Taufik (2009 :
126), kecocokan dan ketidakcocokan diantara self
dan organism akan menentukan kematangan,
penyesuaian diri, dan kesehatan mental seseorang.
Congruence berarti ada kecocokan antara
self yang dirasakan pengalaman actual organism. Sedangkan, incongruence dapat menimbulkan kecemasan, perasaan terancam,
mempertahankan diri, berpikiran kaku, dan melakukan cara-cara tidak positif.
Menurut Taufik (2009 : 126), perhatian Rogers adalah bagian mana dari self yang dibuat menjadi lebih congruence.
Rogers
mengemukakan bahwa teori kepribadian yang berpusat pada klien adalah teori
kepribadian yang berpusat pada self disebut
dengan the self theory yang
dirumuskan dalam 22 pernyataan atau dalil. Mohd. Surya (2003 : 51) menyimpulkan
ke 22 dalil tersebut menjadi :
“1. Yang menjadi inti kepribadian
–menurut teori kepribadian Rogers ini– adalah (the self), yang terbentuk melalui
atau karena pengalaman-pengalaman, baik datang yang dari luar diri individu
yang bersangkutan maupun yang datang dari dalam dirinya.
2. Ada
dua macam bentuk kepribadian (the self), yaitu diri yang ideal (the ideal self)
dan diri yang actual (the actual self). Diri yang ideal adalah diri yang ia
bayangkan, yang ia tangkap, yang ia sendiri atau ia hayati sebagai “saya/ku”.
Sedangkan diri yang actual adalah diri yang dipandang oleh/dari sudut orang
lain sebagai “ia/dia” atau “nya”.
3. Kepribadian
yang terintegrasi (well adjusted) adalah kepribadian yang konsisten antara diri
yang ideal dengan diri yang actual. Sedangkan kepribadian yang disintegrasi
(maladjusted) adalah kepribadian yang tidak konsisten antara diri yang ideal
dengan diri yang actual; diri subyektif tidak sesuai dengan diri obyektif.
4. Pengubahan
kepribadian yang salah suai agar menjadi kepribadian yang well adjusted
(kepribadian yang terpadu) hanya dapat dilakukan dengan jalan mengubah gambaran
diri yang ideal itu supaya konsisten/sesua dengan diri yang actual.
5. Peranan
dan kecenderungan kepribadian ialah mempribadikan diri dalam bentuk perwujudan
diri, pemeliharaan diri, dan perluasan diri.”
C.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Menurut
Prayitno (1998 : 61), perkembangan kepribadian meliputi :
1.
Organismic Valuing
Process (OVP)
Proses
penilaian yang terjadi sejak bayi dan berlangsung terus-menerus , yaitu :
a. Hal-hal yang dipersepsi
tidak memenuhi kebutuhan dianggap sebagai sesuatu yang negatif.
b. Hal-hal yang dipersepsi
memenuhi kebutuhan dianggap sebagai sesuatu yang positif.
2.
Positive Regard From
Others (PRO)
Proses
mengadopsi nilai-nilai dari orang lain. Selanjutnya, menilai diri sendiri
berdasarkan penilaian orang lain.
3.
Self Regard (SRG)
Pandangan
terhadap diri sendiri didasarkan pada persepsinya atas penilaian orang lain
terhadap dirinya. Dalam hal ini individu menilai tingkah lakunya sendiri
berdasarkan penilaian orang lain, tanpa peduli apakah menurut diri sendiri
tingkah laku itu baik atau buruk. Self
Regard ini memaksakan nilai-nilai dari orang lain terhadap self.
4.
Condition of Worth (COW)
Kondisi
ini menunjukkan individu tidak mampu menilai diri sendiri dengan kaca mata
positif, kecuali berdasarkan nilai-nilai yang dipaksakan itu, tidak peduli hal
itu menyenangkan atau tidak. Bahkan dalam kondisi seperti itu individu dapat
menilai sesuatu sebagai positif, padahal hal itu tidak menyenangkan bagi
dirinya, dan menilai negatif, padahal menyenangkan.
D.
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
SALAH SUAI
Adanya
ketidakseimbangan antara pengalaman organismik
dan self yang menyebabkan individu
merasa dirinya rapuh dan mengalami salah suai. Menurut Prayitno (1998 : 62)
karakteristik pribadi salah suai meliputi :
1. Estrangement, yaitu membenarkan apa
yang sesungguhnya oleh diri sendiri dirasakan tidak mengenakkan.
2. Incongruity
in behavior,
yaitu ketidaksesuaian tingkah laku karena COW yang akan menimbulkan kecemasan.
3. Kecemasan, yaitu kondisi
yang ditimbulkan oleh adanya ancaman terhadap kesadaran tentang diri sendiri.
4. Defense
mechanism
(DM), yaitu tindakan yang diambil oleh individu agar tampak konsisten terhadap
struktur self (yang salah itu).
Selain
karakteristik pribadi salah suai, gejala tingkah laku salah suai juga dikemukakan
oleh Prayitno (1998 : 62), yaitu :
1. Kecemasan atau ketegangan
terus-menerus
2. Tingkah laku yang rigid (tidak luwes)
3. Menolak situasi baru
4. Salah dalam memperkirakan
5. Menolak untuk menyadari
pengalaman-pengalamannya sendiri
6. Tingkah lakunya tidak
terduga
7. Sering tidak rasional
8. Tidak mampu mengantrol
dirinya sendiri.
E.
TUJUAN KONSELING DAN
PROSES KONSELING
1.
Tujuan Konseling
Menurut
Taufik (2009 : 131), tujuan konseling adalah menciptakan suasana yang kondusif
bagi klien untuk eksplorasi diri sehingga dapat mengetahui hambatan
pertumbuhannya, yang pada giliran berikutnya klien dapat mengembangkan aspek
diri yang sebelumnya terganggu. Dalam proses pemberian bantuan, yang menjadi
penekanan perhatian adalah pada individunya itu sendiri, bukan pada pemecahan
masalahnya saja, tetapi diharapkan adanya pertumbuhan dan perkembangan pada
diri klien setelah proses konseling selesai.
Taufik
(2009 : 132) menjelaskan dengan adanya pertumbuhan dan pengembangan pada diri
klien, diharapkan :
a. Terjadi keseimbangan
dalam diri klien, sehingga klien lebih terbuka pada pengalamannya.
b. Lebih realistis,
obyektif, dan persepsinya lebih luas, sehingga ideal self-nya lebih realistis dan seimbang dengan self-nya, dengan demikian ketegangan dapat dikurangi.
c. Sebagai konsekuensi dari
perubahan pada poin a dan b, akan tumbuh rasa percaya diri (positif self regard-nya meningkat), mampu
mengevaluasi diri, sehingga menjadi pribadi yang utuh, dapat menerima diri
sendiri sebagaimana adanya dengan segala kekurangan dan kelebihannya, dapat
menerima orang lain dan lingkungannya, lebih kreatif, dapat menentukan tujuan
hidupnya, mandiri, dan bertanggung jawab.
2.
Proses Konseling
Konseling
self atau client-centered memusatkan perhatian pada pengalaman individual,
sehingga menurut Taufik (2009 : 132) konseling berupaya meminimalkan rasa diri
terancam dan memaksimalkan dan menompang eksplorasi diri, memanfaatkan potensi
individu untuk menilai pengalamannya, serta menumbuhkan perasaan untuk memacu
pada pertumbuhan.
Melalui
penerimaan terhadap klien, menurut Mohd. Surya (2003 : 52) konselor membantunya
untuk menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelumnya ke dalam
konsep diri. Dari redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan dari dan
menerima orang lain dan menjadi orang yang lebih berkembang penuh (fully functioning).
Taufik
(2009 : 133) menjelaskan bahwa teknik yang digunakan adalah interpersonal relations dengan interviu
(wawancara) sebagai alat utama sehingga terjadi hubungan timbal balik, saling
menerima, saling memberikan informasi, dan hubungan terjalin sampai final.
Disamping interviu juga digunakan terapi permainan dan terapi kelompok, baik langsung
maupun tidak langsung.
Proses
konseling self mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut :
a. Klien datang sendiri
kepada konselor untuk mendapatkan bantuan,
b. Penentuan situasi dan
kondisi yang cocok untuk suasana pemberian bantuan antara konselor dan klien,
c. Konselor menerima,
mendengar, mengenal, dan memperjelas perasaan negatif yang ada pada diri klien,
d. Konselor memberikan
kebebasan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya atau masalahnya,
e. Apabila perasaan negative
tersebut telah dinyatakan seluruhnya, secara berangsur-angsur akan timbul
perasaan positif,
f.
Konselor
menerima, mengenal, dan memperjelas perasaan positif klien,
g. Pada diri klien tumbuh
pemahaman tentang diri sendiri, dan mengetahui apa yang harus diperbuat untuk
memenuhi kebutuhannya,
h. Timbul inisiatif pada
diri klien untuk melakukan perbuatan yang positif,
i.
Adanya
perkembangan lebih lanjut di dalam klien tentang pemahaman terhadap diri
sendiri,
j.
Timbul
perkembangan tindakan yang positif dan integratif pada diri klien,
k. Klien secara berangsur-angsur
merasa tidak membutuhkan bantuan lagi.
F.
SITUASI KONSELING
Agar
konseling self berhasil, Rogers
(dalam Mohd. Surya, 2003 : 55) mengemukakan persyaratan-persyaratan hubungan
antara klien dengan konselor, yaitu :
- Secara negatif, jangan merupakan :
a. Hubungan yang didasarkan
atasa rasa kasih sayang yang mendalam seperti hubungan anak dengan orang tua.
b. Hubungan sesama kawan
yang sama tingkatannya.
c. Hubungan guru dengan
murid, yang satu berkedudukan superior
dan yang satu lagi inferior.
d. Hubungan dokter dengan
pasien, pihak yang satu berstatus sebagai ahli yang mempunyai otoritas, sedang
pihak yang lainnya harus menerima dan menuruti apa yang
dinasehatkan/dianjurkan.
e. Hubungan teman sekerja,
teman sejawat.
f.
Hubungan
antara pimpinan dengan bawahan, majikan dengan buruh.
- Secara positif, dirumuskan sebagai berikut :
a. Menciptakan rapport, sehingga terbentuk keakraban,
kehangatan, dan responsiveness, dan
secara berangsur berkembang menjadi pertalian emosional yang mendalam.
b. Bersifat permissif berkenaan dengan akspresi
perasaan, sehingga klien mampu mengekspresikan segala dorongan dan keluhannya.
c. Sementara terdapat
kebebasan penuh pada klien untuk menyatakan segala perasaannya, ada
keterbatasan waktu dalam konseling.
d. Pertalian konseling
hendaknya bebas dari tekanan atau paksaan. Waktu konseling merupakan milik
klien, dan bukanlah konselor.
G.
KEKUATAN DAN KELEMAHAN
KONSELING SELF
Mohd.
Surya (2003 : 56) menjelaskan beberapa kritik terhadap konseling yang berpusat
pada klien, yaitu :
1.
Terlalu
menekankan pada aspek afektif, emosional, dan perasaan sebagai penentu
perilaku, tetapi melupakan faktor intelektif, kognitif, dan rasional.
2.
Penggunaan
informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori.
3.
Tujuan
untuk setiap klien adalah memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum, dan
longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
4.
Tujuan
ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibuat tergantung
lokasi konselor dan klien.
5.
Meskipun
terbukti bahwa konseling ini diakui efektif, tapi bukti-bukti tidak cukup
sistematik dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung
jawabnya.
6.
Sulit
bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan
interpersonal.
Selain
menjelaskan tentang kelemahan konseling ini, Mohd. Surya (2003 : 57) juga
menjelaskan beberapa kontribusi yang diberikan, antara lain :
1.
Pemusatan
pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling.
2.
Indentifikasi
dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama dalam mengubah kepribadian.
3.
Lebih
menekankan pada sikap konselor daripada teknik.
4.
Memberikan
kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
5.
Penekanan
emosi, perasaan, dan afektif dalam konseling.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar