A. Pengertian Pengukuran Sikap
Kelompok pemikiran yang
pertama diwakili oleh Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Mereka
mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk
evaluasi atau reaksi perasaan (Azwar, 1995:4). Secara lebih spesifik, Thurstone
(dalam Azwar, 1995:5) memformulasikansikap sebagai derajat afek
positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa
diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz (dalam Azwar,
1995:5) mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Kelompok pemikiran kedua
diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti
Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Allport, yang mana konsep
mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak
hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Pendapat ini
juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas,
Znaniecki, dan Aiken.
LaPiere (dalam Azwar, 1995:5)
mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau
kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi
sosial. Sedengakan Allport (dalam Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau,
L, A., 1985:137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental
dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan
pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan
situasi yang berkaitan dengannya. Hal serupa diungkapkan
oleh Gagne (dalam Abror, 1993:108) bahwa sikap merupakan keadaan
kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis
terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang berhubungan.
Menurut Calhoun (1990:315) sikap adalah sekelompok keyakinan dan
perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak
terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sedangkan Thomas dan Znaniecki
(dalam Ramdhani, 2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu.
Dalam istilah kecenderungan
(predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan
seseorang berkenaan dengan suatu objek (Djaali, 2008:115). Arah tersebut dapat
bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan,
dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan
terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya,
menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Aiken
(dalam Ramdhani, 2009) mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau
kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara
positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap
objek, situasi, konsep, atau orang lain.
Kelompok pemikiran ketiga
adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut
kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif,
afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami,
merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 1995:5). Sesuai dengan
pendapat Eagly & Chaiken (dalam Ramdhani, 2009) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan
sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam
proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku. Sebagai hasil evaluasi, Katz dan
Stolen (dalam Ramdhani, 2009) mendefiniskan sikap sebagai suatu
kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap objek yang diekspresikan dalam
bentuk respon kognitif, afektif, dan perilaku individu.
Sikap terhadap
objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap
dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku (Sears, D, O,.
Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:138). Komponen kognitif terdiri dari
seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu―fakta,
pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh
perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama peniaian. Komponen
perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan
untuk bertindak terhadap objek (Sears, D, O,. Freedman, J, L., & Peplau, L,
A, 1985:138).
Para pakar psikologi sosial
selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari
sistem yang terdiri atas tiga bagian atau disebut juga skema triadik yaitu;
keyakinan mencerminkan komponen kognitif, sikap merupakan komponen afektif, dan
tindakan mencerminkan komponen perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R, C.,
& Hilgard, E, R., 1983:371).
Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan
di atas, dapat dipahami bahwa:
a.
Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam
keterkaitannya dengan obyek tertentu
b.
Sikap merupakan hasil belajar manusia sehingga sikap dapat tumbuh dan
dikembangkan melalui proses belajar
c.
Sikap selalu berhubungan dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri
d.
Sikap dapat berhubungan dengan satu obyek,
tetapi dapat pula berhubungan dengansederet obyek sejenis
e.
Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi
(Gerungan,2000)
Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku
manusia adalah masalah pengungkapan (assement) atau pengukuran (measurement)
sikap.
Salah-satu definisi sikap merupakan respons evaluatif yang dapat berbentuk
positif maupun negatif. Dalam buku yang berjudul Principles of
educational and Psychological Measurement and Evaluation, Sax(1980)
menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu arah,
intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya.Penjelasannya
sebagai berikut:
1. Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah
kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak
mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu seseorang sebagai
objek.
2. Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan
sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3. Sikap mempunyai keluasaan,maksudnya kesetujuan atu
ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya yang sedikit
dan sangat spesifik akan tetapi dapat mencakup banyak sekali aspek yang ada
dalam obyek sikap.
4. Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara
pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap
tersebut.
5. Sikap yang memiliki spontanitas, artinya menyangkut
sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.
B. Teknik Pengukuran
Sikap
Salah satu aspek penting guna memahami sikap
manusia adalah masalah pengukuran sikap. Berikut ini beberapa metode pengukuran
sikap yang biasa digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut:
o Perilaku merupakan salah
satu indikator sikap individu.
o Perilaku hanya akan
konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
o Interpretasi sikap harus
sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku
yang ditampakkan oleh seseorang.
2. Penanyaan
langsung
o Individu merupakan orang
yang paling tahu mengenai dirinya sendiri.
o Manusia akan mengemukakan
secara terbuka apa yang dirasakannya.
o Orang akan mengemukakan
pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan
kondisi memungkinkan.
o Sikap merupakan variabel
yang terlalu kompleks untuk diungkap dengan pertanyaan tunggal. Sangat
tergantung pada kalimat yang digunakan dalam pertanyaan, konteks pertanyaannya,
cara menanyakannya, situasi dan kondisi yang merupakan faktor luar,dll.
3. Pengungkapan
langsung
o Pengungkapan secara
tertulis dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal atau item ganda.
o item tunggal: responden
diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda
setuju atau tidak setuju.
o item ganda: disajikan
dengan menggunakan sepasang kata sifat yang bertentangan satu sama lain.
Contoh: Cantik – Jelek, Suka - Benci
4. Skala sikap
o Berupa kumpulan pernyataan-pernyataan
mengenai suatu objek sikap.
o Dapat berupa pernyataan
langsung yang jelas tujuan ukurnya tapi juga bisa berupa pernyataan tidak
langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden.
o Metode pengungkapan sikap
dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap paling dapat diandalkan.
5. Pengukuran
terselubung
o Observasi perilaku berupa
pengamatan thd reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari oleh yang
bersangkutan. Contohh: reaksi wajah, nada suara, gerak tubuh.
o Reaksi-reaksi fisiologis
dapat mencerminkan intensitas sikap seseorang terhadap suatu objek akan tetapi
tidak menjelaskan arah sikapnya apakah positif atau negatif.
Untuk menggunakan konsep sikap
dalam memahami dan memprediksi tindakan, kita perlu alat ukur yang reliabel dan
valid. Pengukuran sikap itu harus dilakukan secara tak langsung. Sikap hanya
dapat diukur berdasarkan inferensi yang ditarik dari respon-respon individu
terhadap obyek, tindakan-tindakannya yang nyata dan pernyataan lisannya tentang
keyakinannya, perasaannya, dan disposisinya untuk bertindak sekaitan dengan
obyek tersebut.
Salah satu metode yang paling
banyak dipergunakan untuk mengukur sikap itu adalah skala sikap, yang terdiri
dari seperangkat pernyataan atau item, yang terhadapnya individu
mengindikasikan kesetujuan atau ketidaksetujuannya. Pola respon individu
terhadap item-item tersebut memberikan jalan bagi psikolog untuk menarik
inferensi tentang sikapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar