Blogger Widgets

Selasa, 08 Maret 2016

Pengukuran Sikap



A.    Pengertian Pengukuran Sikap
Kelompok pemikiran yang pertama diwakili oleh Louis ThurstoneRensis Likert, dan Charles Osgood. Mereka mendefiniskan sikap sebagai suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Azwar, 1995:4). Secara lebih spesifik, Thurstone (dalam Azwar, 1995:5) memformulasikansikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Pendapat serupa diungkapkan oleh ahli psikologi lain seperti Berkowitz. Berkowitz (dalam Azwar, 1995:5) mengatakan bahwa sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
Kelompok pemikiran kedua diwakili oleh para ahli psikologi sosial dan psikologi kepribadian seperti Chave, Bogardus, LaPiere, Mead, dan Gordon Allport, yang mana konsep mereka mengenai sikap lebih kompleks, tidak hanya sekedar reaksi perasaan semata. Menurut mereka sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara tertentu. Pendapat ini juga didukung oleh ahli psikologi lain seperti Gagne, Calhoun, Thomas, Znaniecki, dan Aiken.
LaPiere (dalam Azwar, 1995:5) mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Sedengakan Allport (dalam Sears, D, O., Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:137) mengemukakan bahwa sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau berarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Hal serupa diungkapkan oleh Gagne (dalam Abror, 1993:108) bahwa sikap merupakan keadaan kesiapan mental dan susunan syaraf, yang mempengaruhi atau yang dinamis terhadap respon individu atas semua obyek atau situasi yang berhubungan. Menurut Calhoun (1990:315) sikap adalah sekelompok keyakinan dan perasaan yang melekat tentang objek tertentu dan kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sedangkan Thomas dan Znaniecki (dalam Ramdhani, 2009) merumuskan sikap sebagai predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu.
Dalam istilah kecenderungan (predisposition), terkandung pengertian arah tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek (Djaali, 2008:115). Arah tersebut dapat bersifat mendekati atau menjauhi suatu objek (orang, benda, ide, lingkungan, dan lain-lain), dilandasi oleh perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek-objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukainya, menyenangi atau tidak menyenanginya, menyetujui atau tidak menyetujuinya. Aiken (dalam Ramdhani, 2009) mendefinisikan sikap sebagai predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari dari seorang individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep, atau orang lain.
Kelompok pemikiran ketiga adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik (triadic scheme). Menurut kerangka pemikiran ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi satu sama lain dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 1995:5). Sesuai dengan pendapat Eagly & Chaiken (dalam Ramdhani, 2009) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap objek sikap, yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif, dan perilaku. Sebagai hasil evaluasi, Katz dan Stolen (dalam Ramdhani, 2009) mendefiniskan sikap sebagai suatu kesimpulan dari berbagai pengamatan terhadap objek yang diekspresikan dalam bentuk respon kognitif, afektif, dan perilaku individu.
Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, dan perilaku (Sears, D, O,. Freedman, J, L., & Peplau, L, A., 1985:138). Komponen kognitif terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap tertentu―fakta, pengetahuan dan keyakinan tentang objek. Komponen afektif terdiri dari seluruh perasaan atau emosi seseorang terhadap objek, terutama peniaian. Komponen perilaku terdiri dari kesiapan seseorang untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap objek (Sears, D, O,. Freedman, J, L., & Peplau, L, A, 1985:138).
Para pakar psikologi sosial selalu mengkaji sikap sebagai komponen dari sistem yang terdiri atas tiga bagian atau disebut juga skema triadik yaitu; keyakinan mencerminkan komponen kognitif, sikap merupakan komponen afektif, dan tindakan mencerminkan komponen perilaku (Atkinson, R, L., Atkinson, R, C., & Hilgard, E, R., 1983:371).
Sejalan dengan pengertian sikap yang dijelaskan di atas, dapat dipahami bahwa:
a.       Sikap ditumbuhkan dan dipelajari sepanjang perkembangan orang yang bersangkutan dalam  keterkaitannya dengan obyek tertentu
b.      Sikap merupakan hasil belajar manusia sehingga sikap dapat tumbuh dan dikembangkan melalui proses belajar
c.       Sikap selalu berhubungan dengan obyek, sehingga tidak berdiri sendiri
d.      Sikap dapat berhubungan dengan satu obyek, tetapi dapat pula berhubungan dengansederet obyek sejenis
e.       Sikap memiliki hubungan dengan aspek motivasi dan perasaan atau emosi (Gerungan,2000)
Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku manusia adalah  masalah pengungkapan (assement) atau pengukuran (measurement) sikap.
Salah-satu definisi sikap merupakan respons evaluatif yang dapat berbentuk positif maupun negatif. Dalam buku yang berjudul Principles of educational and Psychological Measurement and EvaluationSax(1980) menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya.Penjelasannya sebagai berikut:
1.      Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu seseorang sebagai objek.
2.      Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak berbeda.
3.       Sikap mempunyai keluasaan,maksudnya kesetujuan atu ketidaksetujuan terhadap suatu obyek sikap dapat mengenai hanya yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat mencakup banyak sekali aspek yang ada dalam obyek sikap.
4.      Sikap juga memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responsnya terhadap objek sikap tersebut.
5.       Sikap yang memiliki spontanitas, artinya menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan.
B.     Teknik Pengukuran Sikap
Salah satu aspek penting guna memahami sikap manusia adalah masalah pengukuran sikap. Berikut ini beberapa metode pengukuran sikap yang biasa digunakan dalam penelitian antara lain sebagai berikut:
1.      Observasi perilaku
o   Perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu.
o   Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan.
o   Interpretasi sikap harus sangat hati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.
2.      Penanyaan langsung
o   Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri.
o   Manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya.
o   Orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan.
o   Sikap merupakan variabel yang terlalu kompleks untuk diungkap dengan pertanyaan tunggal. Sangat tergantung pada kalimat yang digunakan dalam pertanyaan, konteks pertanyaannya, cara menanyakannya, situasi dan kondisi yang merupakan faktor luar,dll.
3.      Pengungkapan langsung
o   Pengungkapan secara tertulis dapat dilakukan dengan menggunakan item tunggal atau item ganda.
o   item tunggal: responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.
o   item ganda: disajikan dengan menggunakan sepasang kata sifat yang bertentangan satu sama lain. Contoh: Cantik – Jelek, Suka - Benci
4.      Skala sikap
o   Berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap.
o   Dapat berupa pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya tapi juga bisa berupa pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi responden.
o   Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap paling dapat diandalkan.
5.      Pengukuran terselubung
o   Observasi perilaku berupa pengamatan thd reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi tanpa disadari oleh yang bersangkutan. Contohh: reaksi wajah, nada suara, gerak tubuh.
o   Reaksi-reaksi fisiologis dapat mencerminkan intensitas sikap seseorang terhadap suatu objek akan tetapi tidak menjelaskan arah sikapnya apakah positif atau negatif.
Untuk menggunakan konsep sikap dalam memahami dan memprediksi tindakan, kita perlu alat ukur yang reliabel dan valid. Pengukuran sikap itu harus dilakukan secara tak langsung. Sikap hanya dapat diukur berdasarkan inferensi yang ditarik dari respon-respon individu terhadap obyek, tindakan-tindakannya yang nyata dan pernyataan lisannya tentang keyakinannya, perasaannya, dan disposisinya untuk bertindak sekaitan dengan obyek tersebut.
Salah satu metode yang paling banyak dipergunakan untuk mengukur sikap itu adalah skala sikap, yang terdiri dari seperangkat pernyataan atau item, yang terhadapnya individu mengindikasikan kesetujuan atau ketidaksetujuannya. Pola respon individu terhadap item-item tersebut memberikan jalan bagi psikolog untuk menarik inferensi tentang sikapnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar